Senin, 12 November 2007

Kisah Bayi Prematur Zulfikri ...


DRAMA MENYAKITKAN SEBELAS JAM CARI RUMAH SAKIT

Dengan berbagai alasan, beberapa rumah sakit menolak merawat bayi prematur ini. Setelah berjam-jam mencari, barulah ada rumah sakit swasta yang bersedia menangani dengan semestinya. Hingga berita ini ditulis, bayi yang usianya belum genap sebulan ini dirawat di RS Harapan Bunda, Jakarta Timur.
KLIK - Detail
Dari balik kaca ruang Perinatologi Infeksi, Rumah Sakit (RS) Harapan Bunda, Jakarta Timur, pekan silam terlihat seorang bayi yang usianya belum genap sebulan, tengah dikerumuni keluarganya. Selang infus dan oksigen masih terpasang di tubuh Zulfikri, nama bayi itu. Beberapa perban juga terlihat di bagian wajah bayi itu. "Kalau enggak cepat ditolong rumah sakit ini, saya enggak bisa membayangkan bagaimana nasib bayi saya itu," ujar Husein (23), ayah Zulfikri.

Dengan tulus, Husein dan istrinya, Lailasari (20) berterima kasih kepada pihak rumah sakit yang bersedia menolong bayinya. Sebelumnya, kata Husein, sejumlah Rumah Sakit menolak merawat anaknya. Husein mengisahkan, Kamis (21/7), "Saya lihat sekujur tubuh Zulfikri berwarna kuning dan napasnya tersengal-sengal. Saya enggak tahu apa sakitnya. Namun, kakak ipar saya bilang, Zulfikri sakit kuning dan harus dibawa ke rumah sakit."

Husein dan Laila segera membawa bayinya yang saat itu berusia tujuh hari, ke Puskesmas
Pinang Ranti di dekat rumahnya. "Kata petugas Puskesmas, kuningnya sudah tinggi. Mereka menyarankan kami, membawa bayi ke RS Budi Asih. Kami diberi surat pengantar, tapi enggak dikasih bantuan ambulans," kata Laila, warga Kelurahan Makasar, Jakarta Timur.

Laila yang saat itu ditemani suami, kakak ipar, dan mertuanya segera memberhentikan taksi. Sepanjang perjalanan ke RS Budi Asih, Laila hanya bisa memandangi anak dalam gendongannya dengan perasaan terenyuh. Bayi mungil itu hanya terdiam dan tak bergerak sama sekali. "Di taksi kami hanya bisa berdoa dan istigfar berkali-kali," tutur Laila yang melahirkan Zulfikri prematur, saat usia kehamilan tujuh bulan dengan bantuan dukun beranak.

MASALAH BERAT BADAN
Sampai di RS, alangkah kecewanya Laila karena pihak RS menolak merawat anaknya, bahkan sebelum Zulfikri diperiksa. "Alasan yang kami dengar dari kakak saya, Zulfikri punya masalah dengan berat badan, yaitu hanya 1,4 kg. Pihak rumah sakit tidak bersedia merawatnya. Ya Allah, apa saya tak salah dengar. Apa maksud rumah sakit itu. Apa mereka tega menelantarkan bayi kami yang tidak berdosa ini," kata Laila berulang-ulang.

KLIK - Detail Sambil memendam kecewa dan kepedihan, Laila dan kerabatnya kembali naik taksi menuju RSCM, yang dirujuk RS Budi Asih. Dalam taksi, rombongan ini kembali tak henti-hentinya terus berdoa bersama.

"Sampai di RSCM, kami dicegat petugas. Dengan hanya melihat tanpa memeriksa Zulfikri, dokter itu mengatakan alat rumah sakit kurang dan ruangan sudah penuh," lanjut Laila.
Kali ini, Husein yang sudah pasrah dengan keadaan bayinya, jadi emosi. Dengan wajah memerah, Husein bertanya-tanya, kenapa RS tega memperlakukan bayinya yang tak berdosa. "RSCM, kan, rumah sakit pemerintah. Kok tega berbuat seperti itu terhadap pasien. Rasanya enggak masuk akal rumah sakit sebesar RSCM enggak memiliki alat memadai," papar Husein menimpali.

Saking kesalnya, Husein sempat melabrak dokter yang saat itu jaga. "Saya bilang kalau pun rumah sakit tak ada alat memadai, kenapa bayi tak ditolong lebih dulu," kata Husein dengan suara berapi-api. Husein pun segera ditenangkan keluarganya. "Ibu enggak mau saya membuat suasana semakin keruh. Beliau takut dengan kondisi bayi kami."

Rombongan ini kian pasrah setelah tiga lembaga kesehatan menolak merawat bayinya. "Saya hanya bisa menangis. Saya tahu, saya orang miskin dan orang kecil. Tapi, begitukah cara rumah sakit yang memperlakukan Zulfikri. Apa salah saya dan bayi saya," kata kuli bangunan ini dengan mata basah.

Secara lisan, rombongan ini dirujuk ke RSPAD. Kembali mereka naik taksi. Perasaan mereka semakin gelisah. Apalagi, kondisi Zulfikri semakin lemah. "Apalagi, saat istri saya memberi ASI, Zulfikri muntah. Melihat keadaannya, saya hanya bisa menangis. Untuk menguatkan perasaan, saya terus berdoa dalam hati," kata Husein yang saat itu benar-benar bingung.
Husein dan Laila bergantian menggendong anak pertamanya itu. Husein dan Laila agak berlega hati karena Zulfikri tidak rewel. Ia seolah tahu, kebingungan orang tuanya. "Ia hanya diam," cetus Laila.

http://www.tabloidnova.com/articles.asp?id=9290

tunggu ulasan berikutnya tentang bayi prematur..!!

Tidak ada komentar: