Kamis, 16 Agustus 2007

Hadiah kehidupan

Siapa yang bilang kawin itu enak? Ribet lagi.. begitu dulu kata salah satu sahabatku.
Sini, aku kasih tahu, ya!! Satu. Camkan. Persiapan pernikahan adalah mimpi buruk.
Dari soal undangan, seragam, katering dan semua ritual yang bikin pusing.

Dan Hari-H, yang seharusnya jadi puncak kebahagiaan, jadi obat pelipur segala lelah yang telah dijalani, yang seharusnya adalah hari saat kamu jadi raja atau ratu... sebenarnya adalah puncak mimpi buruk itu. Nggak percaya?

Saya ganti bertanya, siapa bilang pacaran itu enak? apakah lebih enak daripada menikah? setiap hari hanya berdua..tanpa beban yang berat, tanpa perlu repot untuk mengurus suami, anak, memasak, dan menjadi gembrot karenanya?
tapi apa yang kita dapatkan setelahnya? Bukan pahala dari separuh agama.. tapi justru kesesatan & dosa yang terus..dan terus akan menghampiri kita.
Hmm.. saat itu aku hanya berpikir menikah adalah awal satu titik kehidupanku dimulai setelah kelahiranku

bagaimana menunjukkan pengabdianku pada-Nya atas kehidupan yang telah Dia berikan padaku...

Setelah memohon yang terbaik dan berdoa kepada Nya, akhirnya Allah Swt. menunjukkan jodoh untukku. Namanya Fajar Baskoro, baru bekerja sebagai dosen ITS jur. Informatika ketika itu. Sedangkan statusku sendiri masih kuliah di UII T. Industri. Tanggal 18 Maret 2000/12 dzulhijah 1421 H adalah tanggal akad dan sekaligus walimatul ‘ursy . Kejadian ini berlangsung disebuah tempat di desa Sonorejo kecamatan Grogol kabupaten Kediri. Benar-benar hari-hari yang berat bagiku setelahnya. Karena kami masih harus berjauhan. Aku masih harus tinggal di Yogyakarta untuk menyelesaikan skripsi untuk meraih gelar S1 juga kuliah bahasa Jepangku, sedang dia bekerja di Surabaya. Saat yang kualami juga ketika harus sidang TA bersamaan dengan kehamilanku enam bulan. Alhamdulillah semua kulalui dengan indah kalau kita iklas menjalaninya. Akhirnya pada tanggal 28 Desember 2000 putra kami yang pertama lahir dengan caesar dan diberi nama Afif Daffitra Baskoro (Daffa) ketika itu lebaran idul fitri hari kedua malamnya, jadi jatuh tanggal 03 syawal 1421 H.

Hari-hari berat tetap mengiringi kehidupan kami. Saat itu yang dibawa oleh suamiku ketika menikah adalah sebuah laptop sebagai modal dia bekerja. " inilah istri pertamaku.." sambil menunjukkan laptopnya, sedang aku dia bilang istri keduanya. Dasar orang komputer.. apakah semua orang komputer seperti dia? hehe..
kami benar-benar memulai kehidupan dari nol. ikut suami ngekos & ngontrak rumah sana-sini. pernah juga diusir oleh pemilik rumah karena sudah habis masanya sedang kondisi terjepit tidak ada uang di saat anak kedua akan lahir. Selepas itu pada tanggal 29 November 2003 lahir putri kami kedua juga dengan operasi caesar yang kemudian diberi nama Dareen Aesyha Baskoro (Darin).

Setelah anak kedua lahir aku baru benar-benar bisa ikut menetap di Surabaya, setelah sebelumnya hidup nomaden antara yogya, kediri, blitar, surabaya dan bandung. Dari sini kehidupan mulai tertata sedikit demi sedikit..
Sekarang Daffa dan Darin sedang menunggu kelahiran adiknya .. anak ke-3 kami.

Ayah dan Bunda... begitu mereka memanggil kami.

Tidak ada komentar: